Definisi Diare
Menurut WHO (1980), diare adalah
buang air besar encer lebih dari 3 x sehari.
Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan
P.O Asdil (1998), diare adalah
defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir
dalam tinja.
Menurut C.L Betz & L.A Sowden
(1996) diare merupakan suatu keadaan terjadinya inflamasi mukosa lambung atau
usus.
Menurut Suradi & Rita (2001),
diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan dan
elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar satu
kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.
Etiologi Diare
1.
Faktor infeksi : Bakteri ( Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus
(Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
2.
Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada
anak-anak).
3.
Faktor malabsorbsi : Karbohidrat, lemak, protein.
4.
Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran dimasak
kurang matang.
5.
Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.
Patofisiologi Diare
Pengkajian Keperawatan
pada Klien Diare
1.
Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia.
Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi
adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan
terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit
pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai
terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman enteric
menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga
berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya .
2.
Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x
3.
Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour
lendir dan darah atau lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3
kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare
berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
4.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya,
pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida
albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
5.
Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang
diberikan seperti pada orang dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari
dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat
rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi
makanan, kebiasan
mencuci tangan.
6.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang
mengalami diare.
7.
Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu
kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan tempat tinggal.
8.
Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
a.
Pertumbuhan
o Kenaikan BB karena
umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-rata 2 kg), PB 6-10 cm
(rata-rata 8 cm) pertahun.
o Kenaikan linkar kepala
: 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua dan seterusnya.
o Tumbuh gigi 8 buah :
tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi taring, seluruhnya berjumlah 14 –
16 buah
o Erupsi gigi : geraham
perama menusul gigi taring.
b. Perkembangan
o Tahap perkembangan
Psikoseksual menurut Sigmund Freud.
Fase anal :
Pengeluaran tinja menjadi sumber
kepuasan libido, meulai menunjukan keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic,
mulai kenal dengan tubuhnya, tugas utamanyan adalah latihan kebersihan,
perkembangan bicra dan bahasa (meniru dan mengulang kata sederhana, hubungna
interpersonal, bermain).
o Tahap perkembangan
psikososial menurut Erik Erikson.
Autonomy vs Shame and doundt
Perkembangn keterampilan motorik dan
bahasa dipelajari anak toddler dari lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh
dari kemampuannya untuk mandiri (tak tergantug). Melalui dorongan orang tua
untuk makan, berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu over protektif
menuntut harapan yanag terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu
seperti juga halnya perasaan tidak mampu yang dapat berkembang pada diri anak.
o Gerakan kasar dan
halus, bicara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan mandiri : Umur 2-3 tahun :
1.
Berdiri dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun 2 hitungan
(GK)
2.
Meniru membuat garis lurus (GH)
3.
Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)
4.
Melepasa pakaian sendiri (BM)
9.
Pemeriksaan Fisik
a.
pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil, lingkar
kepala, lingkar abdomen membesar,
b.
keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
c.
Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1
tahun lebih
d.
Mata : cekung, kering, sangat cekung
e.
Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic
meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau
tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa
minum
f.
Sistem Pernafasan
: dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic (kontraksi
otot pernafasan)
g.
Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada
diare sedang .
h.
Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu
meningkat > 375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada syok),
capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.
i.
Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ),
frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
j.
Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang
berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon
yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.
10. Pemeriksaan Penunjang
1)
Laboratorium :
- feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
- Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
- AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2 meningkat, HCO3 menurun )
- Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
2)
Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni
Penatalaksanaan Diare
Rehidrasi
1.
jenis cairan
1)
Cara rehidrasi oral
o Formula lengkap (NaCl,
NaHCO3, KCl dan Glukosa) seperti orali, pedyalit setiap kali diare.
o Formula sederhana (
NaCl dan sukrosa)
2)
Cara parenteral
o Cairan I : RL dan NS
o Cairan II : D5 ¼
salin,nabic. KCL
D5 : RL = 4 : 1 + KCL
D5 + 6 cc NaCl 15 % + Nabic (7
mEq/lt) + KCL
o HSD (half strengh darrow) D
½ 2,5 NS cairan khusus pada diare usia > 3 bulan.
2.
Jalan pemberian
1)
Oral (dehidrasi sedang, anak mau minum, kesadaran baik)
2)
Intra gastric ( bila anak tak mau minum,makan, kesadran menurun)
3.
Jumlah cairan ; tergantung pada :
1)
Defisit ( derajat dehidrasi)
2)
Kehilangan sesaat (concurrent less)
3)
Rumatan (maintenance).
4.
Jadwal / kecepatan cairan
1)
Pada anak usia 1- 5 tahun dengan pemberian 3 gelas bila berat badanya kurang
lebih 13 kg : maka pemberianya adalah :
o BB (kg) x 50 cc
o BB (kg) x 10 – 20 =
130 – 260 cc setiap diare = 1 gls.
2)
Terapi standar pada anak dengan diare sedang :
+ 50 cc/kg/3 jam atau 5
tetes/kg/mnt
Terapi
1.
obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal 30 mg
klorpromazine 0,5 – 1 mg / kg
BB/hari
2.
onat anti spasmotik : Papaverin, opium, loperamide
3.
antibiotik : bila penyebab jelas, ada penyakit penyerta
Dietetik
a.
Umur > 1 tahun dengan BB>7 kg, makanan padat / makanan cair atau
susu
b.
Dalam keadaan malbasorbsi berat serta alergi protein susu sapi dapat diberi
elemen atau semi elemental formula.
Supportif
Vitamin A 200.000. IU/IM, usia 1 – 5
tahun
Diagnosa Keperawatan
pada Klien Diare
1.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau
output berlebihan dan intake yang kurang
2.
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan
cairan skunder terhadap diare.
3.
Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi skunder
terhadap diare
4.
Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi
diare.
5.
Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan BB menurun terus
menerus.
6.
Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive
Intervensi Keperawatan
pada Klien Diare
Diagnosa 1: Gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan skunder terhadap
diare
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal
Kriteria hasil :
o Tanda vital dalam
batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 40 x/mnt )
o Turgor elastik ,
membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak cekung.
o Konsistensi BAB
lembek, frekwensi 1 kali perhari
Intervensi :
1)
Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
Rasional : Penurunan sisrkulasi
volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekataj urin. Deteksi dini
memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit
2)
Pantau intake dan output
Rasional : Dehidrasi dapat
meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran tak aadekuat untuk
membersihkan sisa metabolisme.
3)
Timbang berat badan setiap hari
Rasional : Mendeteksi kehilangan
cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan kehilangan cairan 1 lt
4)
Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr
Rasional : Mengganti cairan dan
elektrolit yang hilang secara oral
5)
Kolaborasi :
-
Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)
Rasional : koreksi keseimbang cairan
dan elektrolit, BUN untuk mengetahui faal ginjal (kompensasi).
-
Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur
Rasional : Mengganti cairan dan
elektrolit secara adekuat dan cepat.
-
Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)
Rasional : anti sekresi untuk
menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar simbang, antispasmolitik untuk
proses absorbsi normal, antibiotik sebagai anti bakteri berspektrum luas untuk
menghambat endotoksin.
Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya intake dan out
put
Tujuan
: setelah dilakukan tindakan perawatan selama dirumah di RS kebutuhan
nutrisi terpenuhi
Kriteria
: – Nafsu makan meningkat
-
BB meningkat atau normal sesuai umur
Intervensi :
1)
Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi,
berlemak dan air terlalu panas atau dingin)
Rasional : Serat tinggi, lemak,air
terlalu panas / dingin dapat merangsang mengiritasi lambung dan sluran usus.
2)
Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau
sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat
Rasional : situasi yang nyaman,
rileks akan merangsang nafsu makan.
3)
Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan
Rasional : Mengurangi pemakaian
energi yang berlebihan
4)
Monitor intake dan out put dalam 24 jam
Rasional : Mengetahui jumlah output
dapat merencenakan jumlah makanan.
5)
Kolaborasi dengan tim kesehtaan lain :
a.
terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu
b.
obat-obatan atau vitamin ( A)
Rasional : Mengandung zat yang
diperlukan , untuk proses pertumbuhan
Diagnosa 3 : Resiko peningkatan suhu
tubuh berhubungan dengan proses infeksi dampak sekunder dari diare
Tujuan
: Stelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak terjadi
peningkatan suhu tubuh
Kriteria hasil : suhu tubuh dalam
batas normal ( 36-37,5 C)
Tidak terdapat tanda infeksi (rubur,
dolor, kalor, tumor, fungtio leasa)
Intervensi :
1)
Monitor suhu tubuh setiap 2 jam
Rasional : Deteksi dini terjadinya
perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya infeksi)
2)
Berikan kompres hangat
Rasional : merangsang pusat pengatur
panas untuk menurunkan produksi panas tubuh
3)
Kolaborasi pemberian antipirektik
Rasional : Merangsang pusat pengatur
panas di otak
Diagnosa 4 :Resiko gangguan
integritas kulit perianal berhubungan dengan peningkatan frekwensi
BAB (diare)
Tujuan
: setelah dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah sakit integritas kulit
tidak terganggu
Kriteria hasil : – Tidak terjadi
iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga
-
Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan
baik dan benar
Intervensi :
1)
Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur
Rasional : Kebersihan mencegah
perkembang biakan kuman
2)
Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan
mengganti pakaian bawah serta alasnya)
Rasional : Mencegah terjadinya
iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena kelebaban dan keasaman feces
3)
Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam
Rasional : Melancarkan
vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama sehingga tak terjadi iskemi dan
irirtasi .
Diagnosa 5 : Kecemasan anak
berhubungan dengan tindakan invasive
Tujuan
: setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, klien mampu
beradaptasi
Kriteria hasil : Mau
menerima tindakan perawatan, klien tampak tenang dan tidak rewel
Intervensi :
1)
Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan perawatan
Rasional : Pendekatan awal pada anak
melalui ibu atau keluarga
2)
Hindari persepsi yang salah pada perawat dan RS
Rasional : mengurangi rasa takut
anak terhadap perawat dan lingkungan RS
3)
Berikan pujian jika klien mau diberikan tindakan perawatan dan pengobatan
Rasional : menambah rasa percaya
diri anak akan keberanian dan kemampuannya
4)
Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal maupun non
verbal (sentuhan, belaian dll)
Rasional : Kasih saying serta
pengenalan diri perawat akan menunbuhkan rasa aman pada klien.
5)
Berikan mainan sebagai rangsang sensori anak
Daftar Pustaka
Bates. B, 1995. Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Ed
2. EGC. Jakarta
Carpenitto.LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan
Aplikasi Pada Praktek Klinis. Ed 6. EGC. Jakarta.
Lab/ UPF IKA, 1994. Pedoman Diagnosa dan Terapi . RSUD Dr. Soetomo. Surabaya.
Markum.AH. 1999. Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak sakit. EGC. Jakarta
Soetjiningsih, 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta
Suryanah,2000. Keperawatan Anak. EGC. Jakarta
Doengoes,2000. Asuhan Keperawatan Maternal/ Bayi. EGC.
Jakarta
askep diare akut dehidrasi sedang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar